Sabtu, 18 Juli 2009

Gejala Awal Tak Begitu Terasa

Kost Pink adalah kost yang baru kami tempati bertiga setelah pindah dari kost lama. Bangunan baru berisi 34 kamar berwarna pink seakan menumbuhkan semangat kami dalam menjalani hidup sebagai seorang mahasiswi. Awalnya semua kamar tak penuh, kurang dari 10 kamar yang terisi. Itu membuat suasana nyaman karena tak beritu ramai kala itu. Kamipun serasa nyaman dengan keadaan di tempat kost baru yang begitu asri.

Suka dan duka selalu kami lalui bersama. Hingga musibah-musibahpun tak luput ikut mengisi hari-hari kami. Awalnya Dee mengalami masalah dengan pacarnya yang saat itu tinggal di magelang namun kuliah di Jogja. Entah apa sebabnya yang pasti mereka menjalani masa-masa pacaran dengan kondisi perbedaan keyakinan. Mungkin itulah penyebab mendasar mengapa mereka putus. Tanpa diduga tanpa dinyana tak lama kemudian temanku ikut menyusulnya. Mungkin juga dengan masalah yang sama yaitu perbedaan keyakinan mereka sama-sama menyandang status jomblo. Dan hanya aku yang saat itu masih bertahan dengan pacarku yang mulai menjalani pacaran sejak aku masih duduk di bangku SMA. Itupun tak menyurutkan ikatan persahabaatan kami, karena kami selalu saling mensuport dan menyemangati. Hingga akhirnya teman-temanku memperoleh pengganti pacar mereka sebelumnya. Tak tau bagaimana pastinya mereka berpacaran, tapi yang jelas bukan status jomblo lagi yang sekarang menyandang mereka.

bersambung....

Minggu, 12 Juli 2009

Awalnya Biasa

Tepatnya bulan Agustus tahun 2005, awal tahun ajaran baru, mahasiswi baru, kota baru, kost baru, dan semua serba baru termasuk teman baru. Perkenalan dengan teman-teman barupun terjadi, termasuk dia salah satunya, katakan saja namanya Dee yang dikenalkan oleh teman satu kost. Dilihat dari penampilannya sich, sepertinya orang berada walaupun rupanya biasa saja. Tapi semua itu tak berarti bagiku karna aku tak memandang teman dari segi materi.

Seiring berjalannya waktu, kami bertigapun menjadi teman yang bisa diibaratkan tak dapat dipisahkan karena selalu melaksanakan aktivitas bersama. Saling berbagi, saling mengerti, saling memberi dan saling memahami, walaupun pernah terjadi sedikit permasalahan tapi semua itu dapat kami lewati dengan baik dan mendekati sempurna. Kesamaan kami dalam hal berpacaran seakan-akan menguatkan ikatan persahabatan yang sejati. Kami saling berbagi, sharing satu sama lain, dan kami juga sering berkumpul dalam suatu acara dengan pasangan kami masing-masing. Semua itu serasa indah kami jalani.

Hingga suatu saat persoalan terjadi. Bukan antara kami, melainkan dengan pemilik kost. Ibu kost sangat sayang pada kami bahkan ia menganggap kami seperti anak sendiri. Tapi berbeda dengan bapak kost. Beliau terkesan galak, seram, dan misterius. Tak jarang kami terkena sindiran pedas beliau tapi tak sesering teman kami Dee. Sepertinya dia kurang beruntung saat sindiran-sindiran dialamatkan padanya. Mungkin itu terjadi karena sikapnya yang lebih aktif daripada kami berdua. Bisa juga dibilang mendekati hiperaktif. Tak hanya gerak tubuhnya yang saat itu masih gendut, tapi juga suara nyaringnya yang menggelegar.

Sampai suatu saat sindiran yang dialamatkan padaku dan Dee benar-benar mengena dan membuat darah kami mendidih. Hanya karena kami menumpang mandi, kami mendengar semua pembicaraan bapak kost yang mempermasalahkan air yang terlalu boros karna teman kami Dee sering mencuci. Dan akhirnya kamipun memutuskan untuk meninggalkan kost itu dan mencari kost yang baru.


bersambung....